Jumat, 27 Juli 2007

Mengapa Tidak Mudah Memberi Maaf?



Dalam keseharian entah kita sadari atau tidak, kita sering mengucapkan kata maaf kepada siapapun atas segala kesalahan yang telah kita perbuat. Kelihatannya tak terlalu sulit kita mohonkan permintaan maaf kepada orang lain, BUKAN! Tetapi pernahkah terbersit dalam pikiran bahwa memberikan maaf lebih sulit ketimbang sekedar mengumbar permintaan maaf dari orang lain. Mengapa ?


Bila kita cermati di saat orang lain menggoreskan sedikit saja luka, kita seringkali menyukai untuk menyimpannya dalam bagian hati hingga menimbulkan warna sebagian rongganya berwarna lebih pekat. Atau kita menyimpannya di setiap detak jantung ketimbang membiarkannya pergi berlalu. Yang lebih celaka kita bahwa enggan melepas dan mendekapnya berlama2 hingga tanpa disadari memudahkan jalan pikiran untuk membalas menggapai pikiran.


Jika kita sadari benar, memendam luka atas kesalahan orang lain akan membuat jiwa seakan terikat belenggu kekesalan, kemarahan, kesakitan yang lambat laun menjadikan lemahnya hati untuk merdeka. Bagaikan selembar kertas putih, kita membiarkan tinta- tinta hitam kegeraman hati menitikan noda-noda di hamparan kesuciannya. Memang tak mudah melupakan luka yang begitu membekas di lorong-lorong jiwa kita, terlebih kita hal itu begitu menyakitkan. Tetapi apakah kita akan terus membiarkan hati dihantui perasaan kecewa dan sedih hingga keresahan hadir mengelilingi alam pikiran.


Berusahalah untuk mengikis perlahan kristal-kristal hitam kecewaan dengan membuka sedikit-sedikit pintu maaf untuk orang lain. Biarkan keikhlasan hati menelurusi dengan lorong-lorong jiwa tanpa tersendat menuju kebersihan hati..


Ribuan maaf bisa kita mohonkan, tetapi mengapa satuan maaf tidak dapat kita berikan. Itu sebuah pilihan, bukan!

Tidak ada komentar: