Jumat, 09 November 2007

Bersahabat Dengan Masalah


"If a problem doesn't kill you, it will make you stronger."

Seorang kawan mengeluh, "Pak, saya kok sering kena masalah ya? Padahal saya ini sudah rajin berdoa, selalu positive thinking, tidak Pernah bikin susah orang lain, suka menolong orang lain, jujur dalam Bekerja, Dan nggak neko-neko. Kenapa ya Pak? Apa masalah saya? Saya Sudah bosan kena masalah terus."

"Wah, selamat ya," balas saya.

"Lho, bagaimana sih Pak Adi ini. Saya punya banyak masalah kok malah
Diberi selamat. Senang ya Pak kalau lihat orang susah?" kawan saya
Balik bertanya Dan agak jengkel.

"Sabar...sabar. .. Bukan begitu maksud saya. Jangan tersinggung
Dong," jawab saya cepat sambil berusaha menenangkan kawan saya ini.

Nah, pembaca, apa yang saya tulis di artikel ini merupakan hasil
Obrolan saya Dan kawan saya.

Masalah. Setiap orang pasti punya masalah. Setiap Hari Kita pasti
Berhadapan dengan masalah. Kita berusan dengan masalah. Kita
Mendapat masalah. Kita membuat masalah. Kita bahkan bisa jadi sumber
Masalah. Masalah terbesar adalah kalau Kita tidak tahu bahwa masalah
Kita adalah Kita merasa tidak punya masalah.

Pembaca, waktu Anda mengalami masalah, bagaimana reaksi Anda?

Apakah Anda marah? Jengkel? Sakit hati? Frustrasi? Takut?
Menyalahkan diri sendiri? Atau Anda cenderung untuk menyalahkan
Orang lain?

Anda mungkin bertanya-tanya mengapa saya menggunakan
Judul "Bersahabat Dengan Masalah". Apa nggak salah, nih? Kita kok
Diminta bersahabat dengan masalah?

Benar. "Masalah" sebenarnya adalah hal yang sangat positif. Mari
Kita bahas terlebih dahulu makna di balik kata "masalah". Masalah,
Yang dalam bahasa Inggris adalah "problem", ternyata mempunyai akar
Kata yang maknanya sangat berbeda dengan yang Kita pahami selama
Ini.

Akar kata "problem" berasal dari bahasa Yunani, proballein, yang
Bila ditelusuri lebih jauh mengandung makna yang sangat positif. Pro
Berarti forward atau maju. Sedangkan ballein berarti to drive atau
To throw. Jadi, problem berarti bergerak maju. Problem berarti
Kesempatan untuk maju Dan berkembang.

Sewaktu pertama kali mengetahui bahwa akar kata problem, proballein,
Artinya bergerak maju, saya sempat terhenyak dengan perasaan kaget
Dan takjub. Sungguh luar biasa Dan sungguh benar. Coba Kita
Renungkan bersama. Masalah sebenarnya adalah suatu simtom yang
Menunjukkan adanya suatu penyebab atau akar masalah. Justru dengan
Seringnya seseorang mendapat "masalah", bila orang ini cukup bijak
Dan jujur pada dirinya sendiri, IA akan berkembang Dan bisa lebih
Maju.

Lha, kok bisa begini?

Pernahkah Anda, atau mungkin orang yang Anda kenal, mendapat atau
Mengalami masalah?

Jawabannya, "Sudah tentu pernah."

Pertanyaan saya selanjutnya, "Apakah masalah yang dialami Anda mirip
Dengan masalah sebelumnya?"

Jika Kita mau bersikap jujur Dan jeli dalam mengamati maka
Seringkali masalah yang Kita alami sifatnya "mengulang" masalah
Sebelumnya. Ada kemiripan atau kesamaan. Bentuk masalahnya bisa
Berbeda namun polanya sama.

Satu contoh. Ada seorang wanita yang putus dengan pacarnya. Ia
Marah, kecewa, sakit hati, dendam, Dan bersumpah akan mencari
Pasangan yang jauh lebih baik. Namun kenyataannya? Ia mendapatkan
Pacar baru yang mempunyai karakter yang serupa dengan mantan
Pacarnya.

Ada lagi seorang pengusaha besar, kawan saya, berulang kali kena
Tipu. Sekali kena tipu jumlahnya nggak main-main. Bukan puluhan juta
Tapi ratusan juta. Dan ini terjadi berulang kali.

Seorang kawan yang lain seringkali ribut dengan istrinya hanya
Karena hal-hal sepele. Misalnya hanya karena is istri memencet pasta
Gigi tidak dari bawah, tetapi dari tengah, IA marah besar.
Sebaliknya is istri walaupun telah diberitahu suaminya tetap
Mengulangi pola perilaku yang sama.

Masalah yang Kita hadapi sebenarnya menunjukkan "level" Kita. Siapa
Diri Kita sebanding dengan masalah yang Kita hadapi. Bukankah Ada
Tertulis bahwa Tuhan tidak akan membiarkan Kita dicobai melampaui
Kekuatan Kita untuk mengatasinya? Dan setiap masalah pasti Ada jalan
Keluarnya?

Masalah atau problem sebenarnya guru sejati yang seringkali Kita
Abaikan. Kebanyakan orang mengalami masalah yang serupa atau
Berulang karena mereka tidak belajar dari masalah yang pernah mereka
Alami.

Ibarat anak sekolah bila Kita tidak naik kelas, karena nilai ujian
Kita jelek, maka Kita akan mengulang di level atau kelas yang sama.
Tidak mungkin guru akan menaikkan Kita ke kelas berikutnya. Mengapa?
Lha, soal ujian di level ini saja Kita nggak Lulus apalagi kalau
Diberi soal ujian level di atasnya.

Kita harus mengulang, tidak naik kelas, dengan harapan Kita akan
Belajar, meningkatkan diri, Dan akhirnya mampu mengerjakan soal
Ujian dengan benar. Dengan demikian Kita "Lulus" ke kelas
Berikutnya.

Saat tidak naik kelas, bukannya belajar dari "masalah" ini, banyak
Yang malah membuat masalah baru dengan menjadi marah, frustrasi, Dan
Menyalahkan guru atau sekolah. Anda pernah bertemu dengan orang
Seperti ini?

"Ah, itu kan anak sekolah. Memang harusnya begitu," ujar kawan saya.

Lho, kita ini kan juga anak sekolah. Kita sekolah di Sekolah
Kehidupan. Kehidupan adalah tempat kita belajar. Untuk maju kita
harus menjadi pembelajar seumur hidup atau life long learner.

Ada yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik.
Saya kurang setuju dengan pernyataan ini. Menurut saya pengalaman
adalah guru terbaik bila itu pengalaman orang lain. Jadi, kita
belajar dan mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan dengan menelaah
dan mempelajari pengalaman orang lain dan kita terapkan untuk
kemajuan hidup kita. Lha, lebih baik mana, Anda kena tipu Rp 1
miliar atau Anda belajar dari pengalaman orang lain yang tertipu Rp
1 miliar dan Anda gunakan pengetahuan ini untuk melindungi diri Anda
agar tidak mengalami masalah yang sama?

Pengalaman adalah guru yang terbaik bila kita dapat memetik
pelajaran berharga dari apa yang kita alami. Kebanyakan orang
mengalami "pengalaman" hanya sekadar mengalami. Mereka tidak memetik
pelajaran atau manfaat apa pun dari pengalaman (baca: masalah)
mereka.

OK. Sekarang sudah jelas bahwa kita bisa belajar dari masalah. Tapi
bagaimana caranya?

Ada empat langkah mujarab untuk mengatasi setiap masalah dalam hidup:
1. Mengakui adanya masalah
2. Setiap masalah pasti ada sumber atau akar masalahnya
3. Bila akar masalah ditemukan maka masalah dapat dipecahkan
4. Jalan keluar untuk menyelesaikan masalah

Contoh konkritnya?

Mari kita analisis kasus yang dialami kawan saya. Itu lho, yang
bolak-balik kena tipu ratusan juta rupiah.

Langkah pertama adalah mengakui atau menerima bahwa ia punya
masalah. Ia harus berani mengakui dan memutuskan untuk mengubah hal
ini. Masalahnya adalah ia berkali-kali kena tipu. Banyak orang yang
bila mendapat masalah, hanya bisa berdoa, pasrah, nrimo, dan berkata
bahwa masalah mereka adalah bentuk cobaan dari Tuhan. Mereka
meyakini bahwa masalah yang mereka alami, karena merupakan cobaan
dari Tuhan, maka Tuhan-lah yang harus mengubah keadaan ini. Saya
tidak setuju dengan pandangan ini. Bukankah ada tertulis bahwa Allah
tidak akan membantu mengubah nasib umat-Nya apabila umat-Nya tidak
bersedia mengubah nasib mereka sendiri.

Langkah kedua adalah memahami bahwa masalah (simtom) yang ia alami
pasti ada sumber atau akar masalah. Dan akar masalahnya bukan
terletak di luar dirinya, misalnya ia tertipu karena kelihaian si
penipu dalam meyakinkan dirinya sehingga mau meminjami uang, tapi
akar masalahnya terletak di dalam dirinya.

Langkah ketiga, bila akar masalah yang ada di dalam dirinya berhasil
ditemukan, maka ia dapat mengatasi masalahnya.

Langkah keempat adalah memilih solusi terbaik yang akan digunakan
dalam mengatasi masalah. Setelah sukses melakukan empat langkah di
atas maka ia dapat memetik hikmah dari apa yang ia alami.

Sekarang akan saya uraikan langkah demi langkah yang dilakukan kawan
saya.

Langkah 1. Masalah: Saya tertipu ratusan juta berkali kali.

Langkah 2. Saya menyadari bahwa akar masalah terletak di dalam diri
saya.

Langkah 3. Akar masalah saya adalah belief yang menyatakan bahwa
saya adalah kasirnya Tuhan.

Langkah 4. Saya mengubah belief saya, dari kasirnya Tuhan menjadi
Fund Manager uangnya Tuhan. Saya akan mengelola uang yang
dipercayakan kepada saya dengan hati-hati karena saya harus
mempertanggungjawab kan uang ini setiap akhir tahun buku.

Hikmah yang didapat dari masalah ini adalah bahwa apa yang ia alami
dipengaruhi oleh belief-nya. Setiap belief mengakibatkan konsekuensi
tertentu. Cara paling tepat untuk mengevaluasi apakah suatu belief
bermanfaat atau justru merugikan diri kita bisa dilihat dari akibat
yang ditimbulkan oleh belief-belief itu terhadap hidup kita.

Selama seseorang masih tetap memegang belief yang sama maka ia akan
mendapat hasil yang sama. Tidak mungkin terjadi seseorang mendapat
hasil yang berbeda dengan belief yang sama. Einstein menjelaskan
dengan sangat tepat saat ia berkata, "Insanity is doing the same
thing over and over but expecting different result."[awg]

Sumber: Bersahabat Dengan Masalah oleh Adi W. Gunawan. Adi W.
Gunawan lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah
pakar pendidikan dan mind technology, pembicara publik, dan trainer
yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri.

SEORANG AYAH, SEORANG ANAK, DAN SEEKOR KELEDAI


Ada sebuah keluarga sederhana di sebuah desa kecil yang memiliki seorang anak lelaki yang sudah mulai besar dan hendak pergi ke kota guna menuntut ilmu. Orang tuanya menyetujui namun untuk bekal ke kota mereka harus menjual keledai satu-satunya yang mereka miliki.

Keesokan hari, ayah dan anak lelaki itu pergi ke pasar untuk menjual keledai mereka. Sepanjang perjalanan mereka menuntun keledai melewati beberapa desa lain. Tak seberapa jauh kemudian ada seseorang yang menegur, "Hei, kalian ini dungu sekali. Mengapa tak menunggangi keledai kalian itu!" Lalu sang
ayah memerintahkan anak lelakinya naik ke atas keledai. Bagaimana pun anak lelakinya masih harus menempuh perjalanan lebih jauh ke kota.

Ketika sampai di desa lain, seorang perempuan tua menegur, "Dunia memang
sudah terbalik! Anak lelaki itu memang tak tahu diri membiarkan ayahnya
berjalan sedangkan ia yang masih muda enak-enakan duduk di atas keledai."
Mendengar itu, si anak lelaki turun dan menyilakan ayahnya menunggangi
keledai.

Tapi sesampainya di desa berikut, ada orang lain yang memberi komentar, "Aih
aih, jahat sekali bapak ini! Membiarkan anaknya yang masih kecil berjalan
kaki sedang ia yang kuat malah menunggangi keledai." Terkejut mendengar
teguran ini, sang ayah lalu memerintahkan anak lelakinya naik ke atas
keledai. Kemudian mereka berdua bersama-sama menunggangi keledai.

Belum lama mereka berjalan, di desa lain banyak orang menegur, "Hei, kalian
ini benar-benar kejam. Malang sekali keledai itu harus menanggung beban dua
orang." Ayah dan anak lelaki itu menjadi bingung dan kehabisan akal, lalu
mereka memutuskan untuk memanggul keledai itu.

Melihat kejadian ini, orang-orang di jalan lalu bersorak-sorai mengolok-olok
mereka, "Lihatlah orang-orang berotak keledai memanggul keledai," tawa
mereka terpingkal-pingkal.

Kita tak mungkin menyenangkan semua orang. Ambillah keputusan
anda sendiri.

Kamis, 08 November 2007

Menikmati Kebosanan

Ini sebuah cerita ringan tentang kebosanan. Seorang tua yang bijak ditanya oleh tamunya.

Tamu :"Sebenarnya apa itu perasaan 'bosan', pak tua?"

Pak Tua :"Bosan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan,mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu."

Tamu :"Kenapa kita merasa bosan?"

Pak Tua :"Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki."

Tamu :"Bagaimana menghilangkan kebosanan?"

Pak Tua :"Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya."

Tamu :"Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?"

Pak Tua:"Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?"

Tamu :"Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua."

Pak Tua :"Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang."

Tamu: "Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?"

Pak Tua :"Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil jongkok atau berbaring. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambilberjalan-jalan atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan tangan kanan, cobalah dengan tangan kiri atau dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya." Lalu Tamu itu pun pergi.
Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.
Tamu :"Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?"

Pak Tua :"Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan."

Tamu :"Contohnya?"

Pak Tua :"Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu." Lalu Tamu itu pun pergi.
Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.

Tamu :"Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain sepuas-puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaiban pun terjadi.

Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya anggap membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?"

Sambil tersenyum Pak Tua berkata: "Karena segala sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil agar pikiranmu menjadi ceria.

Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan.

Segala sesuatu berasal dari pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria."

Selasa, 06 November 2007

TIDAK ADA JALAN YANG RATA UNTUK SUKSES


Di pagi hari buta, terlihat seorang pemuda dengan
bungkusan kain berisi bekal di punggungnya tengah berjalan dengan tujuan
mendaki ke puncak gunung yang terkenal.



Konon kabarnya, di puncak gunung itu terdapat pemandangan
indah layaknya berada di surga. Sesampai di lereng gunung, terlihat sebuah
rumah kecil yang dihuni oleh seorang kakek tua.


Setelah menyapa pemilik rumah, pemuda mengutarakan
maksudnya "Kek, saya ingin mendaki gunung ini. Tolong kek, tunjukkan jalan
yang paling mudah untuk mencapai ke puncak gunung".


Si kakek dengan enggan mengangkat tangan dan menunjukkan
tiga jari ke hadapan pemuda.


"Ada 3 jalan menuju puncak, kamu bisa memilih
sebelah kiri, tengah atau sebelah kanan?"


"Kalau saya memilih sebelah kiri?"


"Sebelah kiri melewati banyak bebatuan."
Setelah berpamitan dan mengucap terima kasih, si pemuda bergegas melanjutkan
perjalanannya. Beberapa jam kemudian dengan peluh bercucuran, si pemuda
terlihat kembali di depan pintu rumah si kakek.


"Kek, saya tidak sanggup melewati terjalnya
batu-batuan. Jalan sebelah mana lagi yang harus aku lewati kek?"


Si kakek dengan tersenyum mengangkat lagi 3 jari
tangannya menjawab, "Pilihlah sendiri, kiri, tengah atau sebelah
kanan?"


"Jika aku memilih jalan sebelah kanan?"


"Sebelah kanan banyak semak berduri." Setelah
beristirahat sejenak, si pemuda berangkat kembali mendaki. Selang beberapa jam
kemudian, dia kembali lagi ke rumah si kakek.


Dengan kelelahan si pemuda berkata, "Kek, aku
sungguh-sungguh ingin mencapai puncak gunung. Jalan sebelah kanan dan kiri
telah aku tempuh, rasanya aku tetap berputar-putar di tempat yang sama sehingga
aku tidak berhasil mendaki ke tempat yang lebih tinggi dan harus kembali kemari
tanpa hasil yang kuinginkan, tolong kek tunjukkan jalan lain yang rata dan
lebih mudah agar aku berhasil mendaki hingga ke puncak gunung."


Si kakek serius mendengarkan keluhan si pemuda, sambil
menatap tajam dia berkata tegas
"Anak muda! Jika kamu ingin sampai ke
puncak gunung, tidak ada jalan yang rata dan mudah! Rintangan berupa bebatuan
dan semak berduri, harus kamu lewati, bahkan kadang jalan buntu pun harus kamu
hadapi. Selama keinginanmu untuk mencapai puncak itu tetap tidak goyah, hadapi
semua rintangan! Hadapi semua tantangan yang ada! Jalani langkahmu setapak demi
setapak, kamu pasti akan berhasil mencapai puncak gunung itu seperti yang kamu
inginkan! dan nikmatilah pemandangan yang luar biasa !!! Apakah kamu mengerti?”


Dengan takjub si pemuda mendengar semua ucapan kakek,
sambil tersenyum gembira dia menjawab "Saya mengerti kek, saya mengerti!
Terima kasih kek! Saya siap menghadapi selangkah demi selangkah setiap
rintangan dan tantangan yang ada! Tekad saya makin mantap untuk mendaki lagi
sampai mencapai puncak gunung ini.


Dengan senyum puas si kakek berkata, "Anak muda, Aku
percaya kamu pasti bisa mencapai puncak gunung itu! Selamat berjuang!!!


Tidak ada jalan yang rata untuk sukses!



Sama seperti analogi Proses pencapaian mendaki gunung
tadi. Untuk meraih sukses seperti yang kita inginkan, Tidak ada jalan rata!
tidak ada jalan pintas! Sewaktu-waktu, rintangan, kesulitan dan kegagalan
selalu datang menghadang. Kalau mental kita lemah, takut tantangan , tidak
yakin pada diri sendiri, maka apa yang kita inginkan pasti akan kandas ditengah
jalan.



Hanya dengan mental dan tekad yang kuat, mempunyai
komitmen untuk tetap berjuang, barulah kita bisa menapak di puncak kesuksesan.



Salam sukses luar biasa!


Andrie Wongso